BULAN Juni ini, setiap tahunnya disebut sebagai Bulan Bung Karno. Hal ini lantaran mengandung tanggal-tanggal penting yang berkaitan dengan hidup Sang Proklamator. Diantaranya Juni disebut sebagai Bulan Bung Karno, pertama karena kelahiran Pancasila pada 1 Juni, yang diambil pada pidato Bung Karno di Sidang BPUPKI Pertama. Kedua, 6 Juni 1901 Bung Karno lahir, dan pada 21 Juni 1970 Bung Karno wafat.
Sebagai penggali Pancasila, sekaligus Proklamator dan Presiden pertama, Bung Karno mewariskan pemikirannya kepada bangsa Indonesia. Ajaran pokok yang selalu didengung-dengungkan hingga menjelang wafatnya adalah persatuan bangsa.
Pada sambutannya di sidang kabinet 15 Januari 1966 di Istana Merdeka, Bung Karno menegaskan bahwa persatuan bangsa adalah suatu keniscayaan.
Bangsa harus menjadi bangsa yang kuat dan besar. Oleh karena itulah belakangan ini selalu saya menangis, bahkan donder-donder, marah-marah. He, bangsa Indonesia, jangan gontok- gontokan!. Demikian kata Bung Karno.
Bung Karno bukan pencipta Pancasila. Namun, ia penggali Pancasila. Karena nilai di Pancasila itu diciptakan Tuhan yang diturunkan ke Bangsa Indonesia. Dan, Bung Karno penemu, juga penggali. Di sini lah kita melihat posisi Bung Karno sebagai orang yang diutus Allah SWT untuk menggali nilai-nilai luhur yang memfosil berjuta-juta tahun dan menemukan saripati yang dirumuskan dalam 5 sila Pancasila.
Berikut ini pernyataan Soekarno yang dikutip dari Pidato Bung Karno, 1 Juni 1946 dalam Rangka Peringatan Hari Pancasila.
Saya bukanlah pencipta Pancasila, saya bukanlah pembuat Pancasila. Apa yang saya kerjakan tempo hari, ialah sekadar memformuleer perasaan-perasaan yang ada di dalam kalangan rakyat dengan beberapa kata-kata, yang saya namakan “Pancasila”. Saya tidak merasa membuat Pancasila. Dan salah sekali jika ada orang mengatakan bahwa Pancasila itu buatan Soekarno, bahwa Pancasila itu buatan manusia. Saya tidak membuatnya, saya tidak menciptakannya. Jadi apakah Pancasila buatan Tuhan, itu lain pertanyaan…
Aku memang manusia. Manusia dengan segala kedaifan dari pada manusia. Malahan manusia jang tidak lebih daripada saudara-saudara yang kumaksudkan itu tadi. Tetapi aku bukan pembuat Pancasila; aku bukan pencipta Pancasila. Aku sekedar memformuleerkan adanya beberapa perasaan di dalam kalangan rakyat yang kunamakan “Pancasila”.
Aku menggali di dalam buminya rakyat Indonesia, dan aku melihat di dalam kalbunya bangsa Indonesia itu ada hidup lima perasaan. Lima perasaan ini dapat dipakai sebagai mempersatu daripada bangsa Indonesia yang 80 juta ini. Dan tekanan kata memang kuletakan kepada daya pemersatu daripada Pancasila itu…"
Lalu, kenapa Bung Karno disebut sebagai Sang Panggali Pancasila? Karena, Bung Karno-lah yang mencetuskan ide Pancasila sebagai dasar negara dalam kerangka dasar filsafat (philosophische grondslag) dan pandangan dunia (weltanschauung).
Putra Sang Fajar ini tidak hanya menggagas nama Pancasila tetapi juga konsep-konsep sila beserta kandungan intelektualnya. Ide Bung Karno menjadi satu-satunya yang diterima secara aklamasi oleh peserta sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). Pidato monumental ini pun ditetapkan oleh Ketua BPUPK, Dr Radjiman Widiodiningrat, sebagai bahan baku perumusan dasar negara pada sidang-sidang selanjutnya.
Kala itu, Bung Karno menyampaikan pemikirannya itu dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945.
"Aku telah 16 tahun mempersiapkan apa yang hendak kukatakan. Dalam 'kuburanku' yang gelap di Banceuy, prinsip-prinsip yang akan menjadi dasar dari republik sudah mulai tampak dalam pikiranku," tutur Bung Karno kepada Cindy Adams, yang kemudian ditulis dalam buku 'Penyambung Lidah Rakyat Indonesia'. (*)
Penulis : Ketua Komunitas Pemuda Peduli (KPP) Bogor Raya, Beni Sitepu