Bima Arya Mau Nyagub Jabar, Kata Aktivis 98 di Kota Bogor Dia Enggak Punya Prestasi!

197
NFR Nasution bersama sejawatnya.

Aartreya – Figur Mantan Walikota Bogor Bima Arya dinilai memiliki rapor merah oleh aktivis 98 kota hujan, Gusti Aweng. Salah satu indikator, jika dulu Kota Bogor tak sulit ditemui lapangan sepak bola. Semasa era kepemimpinan Bima Arya, lapangan tersebut lenyap berganti taman.

“Saat ini Bima Arya akan maju sebagai Bakal Calon Gubernur Jabar. Beragam janji disampaikan. Tapi, yang pasti di catatan kami, era kepemimpinan Bima Arya, tak ada bagusnya. Rapotnya merah! Buktinya, di Kota Bogor saat ini tak lagi ada lapangan sepak bola,” kata aktivis Front Pemuda Penegak Hak Rakyat (FPPHR) Gusti Aweng kepada media online ini, Sabtu (4/5/2024).

Dia melanjutkan, saat ini public Tanah Air memberikan dukungan penuh pada perjuangan timnas sepak bola U23 berlaga, juga demam sepak bola melanda di banyak daerah.

“Tapi, yang terjadi di Kota Bogor sebaliknya, lapangan sepak bola tidak ada. Dampaknya pembibitan sepak bola usia dini tak menuai prestasi, termasuk PSB, klub kebanggan Kota Bogor dulu. Tak hanya itu, Bima Arya dulu pernah memberlakukan larangan pengunaan lapangan sempur dengan alasan karena akan merusak rumput. Tapi, pada Januari 2023 lalu, partainya Bima malah dibolehkan meninjak-injak lapangan Sempur melalui senam sehat. Sedangkan parpol lain dilarang,” ucapnya.

“Bahkan, pada akhir desember 2023 seingat saya, ada 55 ribu peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) dinonaktifkan di Kota Bogor. Belum lagi masalah sosial lainnya. Pertanyaannya, prestasi Bima Arya itu apa di Kota Bogor? Silahkan simpulkan ssendiri,” kesalnya.

Pada bagian lain, NFR Nasution juga berkomentar miring saat ditanya soal prestasi Bima Arya yang pernah menjadi kepala daerah Kota Bogor

“Kalau ditanya prestasi Bima? Apa ya? Setahuku prestasinya cuma bergaya blusukan lalu dishoot kamera, lalu ia cengar cengir, mirip seperti artis sinetron. Lainnya, tidak ada prestasinya. Ini fakta, saat RS Salak terbakar, kebetulan saya di lokasi, saya melihat Bima Arya turun dari mobilnya dan pindah naik motor, sementara cameramen ada dibelakangnya mengambil gambar. Bima seolah memperlihatkan kesibukan. Nah, pemimpin begitu apaan?,” tukas pria yang akrab disapa Ucok Nasution.

Ia pun menyoal Museum Perjuangan di Jalan Merdeka yang menjadi rumah penyimpanan benda bersejarah.

“Museum Perjuangan selama kepemimpinan Bima Arya tak pernah mendapat bantuan. Padahal di museum tersebut tersimpan banyak nilai sejarah. Renovasi atau kepedulian tak pernah terlihat di era Bima. Selain itu, sepanjang Bima Arya menjabat selama dua periode, SMP dan SMA negeri tak pernah bertambah. Tapi, tahun lalu saat PPDB, Bima bikin heboh mempersoalkan zonasi saat sidak ke SMPN 1 dan SMAN 1. Semestinya yang harus disoal, zonasi, dan yang jadi jadi masalah kenapa tak dibangun sekolah negeri?,” ungkapnya panjang lebar.

Ucok Nasution juga buka-bukaan perihal banyaknya siswa gakin di sekolah swasta yang tak mampu menebus ijazah yang ditahan.

“Harusnya, selaras dengan UU Ketebukaan Informasi Publik No 14 tahun 2008, bantuan itu diberikan secara terbuka, buat ruang siswa gakin mengadu ke dinas pendidikan,” cetusnya.     

Lebih dari itu, era kepmpinan Bima Arya sangat getol mengurangi jumlah angkot di Kota Bogor. 

"Tapi apa yang terjadi, di akhir jabatannya, Bima Arya malah menerapkan pengadaan angkot listrik yang harganya lebih mahal daripada angkot konvensional. Ini kan kebijakan mencla-mencle. Enggak jelas!," kesal Ucok Nasution.     

Sebagai informasi, Politisi PAN yang juga Mantan Walikota Bogor Bima Arya menggelar deklarasi maju di Pilkada Jabar 2024, hari ini di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu, (4/5/2024).

Bima Arya menyampaikan, banyak masyarakat yang berharap pelayanan kesehatan baik. Tak hanya itu harapan masyarakat juga ingin layanan BPJS kesehatan agar mudah saat pengurusan. Bima juga mengklaim ada kesamaan dengan masyarakat terkait pendidikan di jabar. Menurutnya banyak masyarakat ingin sistem pendidikan di Jabar merata. 

“Mimpi saya dan masyarakat sama di bidang pendidikan juga sama. Anak-anak masuk sekolah tanpa harus menyogok karena gedung sekolah cukup dan tidak pusing zonasi,"tukasnya. (Nesto)

SHARE

KOMENTAR