Selamat Jalan Sang Bunga Legendaris, Ternyata Nama Titiek Puspa Pemberian Bung Karno

129

Aartreya – Innalilahi wa inna illaihirojiun. Penyanyi senior Sudarwati yang populer dengan nama Titiek Puspa meninggal dunia pada usia 87 tahun pada Kamis (10/4/2025) hari ini. Penyanyi legendaris ini meninggal pukul 16.25 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.

Sebelum berpulang, Titiek Puspa sempat menjalani perawatan intensif sejak 26 Maret 2025 akibat pendarahan otak yang dialaminya. Semasa hidupnya, Titiek pernah menjadi penyanyi Istana pada masa Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno atau Bung Karno.

Nama Titiek Puspa sendiri merupakan nama panggung dari Sudarwati. Melansir brilio.net, nama Titiek Puspa diberikan langsung oleh Presiden pertama RI, Soekarno. Cerita ini bermula pada dekade 1950-an ketika ia memenangkan kompetisi menyanyi di Radio Republik Indonesia (RRI) di Semarang.

Penampilannya yang memukau menarik perhatian Sjaiful Bachri dari Orkes Simfoni Jakarta, yang kemudian mengajaknya bergabung sebagai penyanyi tetap. Sejak saat itu, Titiek Puspa sering tampil di berbagai acara kenegaraan, termasuk di Istana Negara. Bakat dan pesonanya membuat Presiden Soekarno terkesan.

Dalam salah satu kesempatan, Soekarno memanggilnya dan memberikan nama panggung baru: "Titiek Puspa." Nama ini bukan sekadar panggilan biasa, melainkan penghargaan dan simbol pengakuan terhadap kecantikan, kelembutan, dan keharuman karyanya, seperti bunga puspa yang mekar.

Nama "Titiek" mencerminkan keunikan dan keluwesan sosoknya yang khas Indonesia. Sejak saat itu, nama Titiek Puspa resmi melekat dalam seluruh perjalanan karier dan kehidupan seninya.

Titiek Puspa pernah mengenang saat pertama kali dipanggil oleh Presiden Soekarno ke Istana Negara pada tahun 1960. Saat itu, ia baru berusia 23 tahun dan merasa syok ketika mendengar undangan tersebut.

"(Bung Karno bilang) Aku mau lihat Titiek Puspa, bawa sini. Saya masih di RRI, eh dipanggil Bapak Presiden. Oh ana apa, kaget aku. Loh, ada apa ini? Sudah pokoknya harus ke sana ya," kenangnya.

Saat diundang di Itsna Negara, disertai syarat khusus yakni tidak boleh pakai rok. Harus pakai kain tradisional. Dalam hitungan menit, Titiek Puspa menyulap penampilannya dengan kebaya yang dipadu kain jarit.

Undangan tersebut memiliki syarat khusus: tidak boleh memakai rok, melainkan harus menggunakan kain tradisional. Dalam waktu singkat, Titiek Puspa berhasil mengubah penampilannya dengan kebaya dan kain jarit. "Jadi ya (tampil) seada-adanya, terus sampai di sana (Bung Karno bilang): Oh ya, iki tha Titiek Puspa. Wah, pinter nganggo jarik, sopo sing njariki?" ia mengungkapkan.

Ketika ditanya Bung Karno, bintang film Inem Pelayan Sexy mengaku bahwa ia memakai kain jarit dan membuat sanggul sendiri. Hal ini semakin membuat Bung Karno terkesan.

"Wah pinter, la jarene kowe pinter nyanyi? (Saya menjawab) Mboten pinter namung saget. Enggak, bukan pintar hanya bisa," jelas Titiek Puspa.

Menilik dokumentasi wawancara khusus Titiek Puspa dengan Liputan6.com, Mei 2022, ia menggambarkan wajah Presiden Soekarno yang berkarisma seolah bercahaya. Ia sampai tak berani menatap mata Bung Karno.

Dalam wawancara tersebut, Titiek Puspa menggambarkan wajah Bung Karno yang berkarisma seolah bercahaya. Ia bahkan sampai tidak berani menatap mata presiden.

"Tapi aku waktu ngomong itu enggak berani ngelihat mukanya itu. Itu muka kayak bersinar jeng jeng jeng jeng! Itu yang namanya karisma, innalillahi. Aku sampai lupa begitu," ungkapnya.

"Terus ngomong: Pak, lagunipun punapa, Pak. Takut tahu-tahu nyerondol meluk begitu. Enggak tahu pingsan juga karena enggak tahu apa ya, dia bicaranya tuh jes, jes, jes, jes, gitu. Woh, sudah itu, yang namanya karismatik tuh itulah," tutupnya.

Perjalanan karir  

Sang legendaris tiga zaman, Titiek Puspa lahir pada 1 November 1937. Melansir tempo.co, Titiek Puspa, yang memiliki nama lengkap Titiek Puspa Purnamasari.

Sudarwati, yang kini dikenal sebagai Titiek Puspa, lahir di Tanjung, Tabalong pada 1 November 1937. Ia merupakan putri dari pasangan Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam dan memiliki darah Jawa. Keluarganya sempat mengganti namanya menjadi Kadarwati, lalu Sumarti. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi guru taman kanak-kanak. Namun, setelah berhasil memenangkan beberapa lomba menyanyi, ia memutuskan untuk meniti karier sebagai penghibur, keputusan yang diambilnya sekitar usia 14 tahun, meskipun ditentang oleh kedua orang tuanya.

Dalam salah satu kesempatan, Sumarti mengikuti lomba menyanyi secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya. Seorang teman menyarankan agar ia memakai nama samaran, yaitu "Titiek Puspo," yang diambil dari panggilan akrabnya "Titiek" dan nama ayahnya "Puspowidjojo," yang kemudian disingkat menjadi "Puspa."

Nama inilah yang kemudian melekat padanya, dan ia dikenal sebagai Titiek Puspa. Nama ini pula yang ia gunakan untuk orkes pengiringnya, "Puspa Sari," yang dipimpinnya sendiri di awal karier bernyanyinya.

Karier menyanyi Titiek Puspa dimulai di Semarang saat ia mengikuti kontes Bintang Radio. Selain menyanyi, Titiek juga menunjukkan komitmen di dunia seni dengan menggarap beberapa operet yang populer di TVRI, seperti Bawang Merah Bawang Putih, Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi, dan Ronce-ronce.

Rekaman piringan hitam pertamanya dirilis oleh label Gembira, menampilkan lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, serta duetnya bersama Tuty Daulay dalam lagu Indada Siririton dengan iringan musik Empat Sekawan Sariman. Pada pertengahan 1960-an, Titiek menjadi penyanyi tetap Orkes Studio Jakarta, di mana ia banyak dibimbing oleh Iskandar (pencipta lagu dan pemimpin orkes) serta suaminya, Zainal Ardi, seorang penyiar Radio Republik Indonesia Jakarta.

Saat itu, Titiek belum banyak menciptakan lagu sendiri dan sering membawakan lagu-lagu karya Iskandar, Mus Mualim, dan Wedasmara. Baru pada album Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi 12 lagu tiap albumnya, ia mulai menulis seluruh lagu sendiri dan meraih popularitas. Album Doa Ibu, dengan 12 lagu (11 di antaranya ciptaannya sendiri dan 1 lagu ciptaan Mus Mualim), juga menjadi salah satu album legendaris yang semakin meneguhkan namanya sebagai penyanyi dan pencipta lagu ternama di Indonesia.

Lagu-lagu populer dari album Si Hitam, seperti Si Hitam, Tinggalkan, Aku, dan Asmara, memperkuat popularitasnya. Titiek meninggalkan Orkes Studio Jakarta pada tahun 1962. Nama panggungnya sendiri dipilih oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950-an.

Titiek menikah dengan Zainal Ardi pada tahun 1957, yang saat itu bekerja di Radio Republik Indonesia. Pada tahun 1963, mereka telah dikaruniai dua anak perempuan. Di periode inilah Titiek mulai belajar menulis lagu, terinspirasi dan didampingi oleh suaminya. Selain menyanyi dan menulis lagu, ia juga merambah ke dunia seni peran.

Pada 2009, Titiek didiagnosis menderita kanker serviks. Setelah menjalani pengobatan intensif, termasuk dua bulan kemoterapi di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura (di mana ia menulis 61 lagu), ia dinyatakan bebas dari kanker. Titiek menyatakan bahwa doa dan terapi medisnya menjadi kunci keberhasilannya dalam melawan kanker.

Pada 2014, Titiek membentuk grup vokal bernama Duta Cinta yang terdiri dari 10 anak dari beragam latar belakang etnis. Pada 2017, grup ini tampil di beberapa episode Pesta Sahabat, dimulai dari episode 3 (Aku Anak Sehat) hingga episode 6 (Kasih Ibu). Pada 25 Juli 2018, Duta Cinta kembali tampil dalam acara Pesta Sahabat Anak Indonesia bersama Titiek.

Sejak 2017, Titiek aktif tampil dalam berbagai episode drama musikal Pesta Sahabat yang disiarkan di RTV, termasuk episode Pesta Sahabat Cinta Indonesia, meskipun tidak hadir dalam episode Pesta Sahabat Lebaran Sebentar Lagi dan 17-an di Kampung Halaman.

Titiek Puspa mencapai puncak awal kariernya dengan memenangkan Juara Bintang Radio kategori hiburan untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 1954, yang memperkuat namanya di dunia musik. Pada tahun 1994, ia dianugerahi BASF Award ke-10 untuk kontribusi panjangnya dalam industri musik. Pada 2008, prestasinya diakui oleh majalah Rolling Stone Indonesia, yang memasukkannya ke dalam daftar "The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa," penghargaan yang mengukuhkan pengaruhnya sebagai legenda musik Indonesia.

Selamat jalan Eyang Titiek Puspa (*)  

 

Sumber : brilio.net/liputan6.com/tempo.co/kompas.com

SHARE

KOMENTAR