Baru-baru ini, tepatnya Selasa (14/11/2023) petang, pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres) Ganjar Pranowo - Mahfud MD mendapatkan nomor urut 3 dalam pengundian Pilpres 2024 di Kantor KPU.
Ganjar dengan penuh kegembiraan acungkan salam metal tiga jari, yang kini menjadi pose ikonik di kalangan pendukung. Mahfud pun turut mengikuti dengan salam metal yang menyampaikan pesan kebersamaan, dan semangat dalam perjalanan politik mereka.
"Jadi kita mendapatkan nomor tiga, itu sesuai dengan sila ketiga, Persatuan Indonesia," kata Ganjar saat itu yang disambut sorak para pendukungnya.
Salam tiga jari ternyata memiliki sejarah panjang di mulai kalangan kaum muda hingga penggiat pro demokrasi (prodem). Mengutip salah satu media nasional, gesture salam metal muncul pada 1980-an dan umumnya dikaitkan dengan genre musik heavy metal yang agresif dan kontroversial.
Salam tiga jari, awalnya berasal dari Inggris pada awal 1970-an, gerakan Salam Metal berkembang menjadi fenomena global pada 1980-an dengan popularitas band-band seperti Iron Maiden, Metallica, Slayer, dan Megadeth.
Salam Metal, sebagai bagian integral dari sejarah musik rock, terus berkembang dengan munculnya subgenre baru. Gerakan salam tiga jari atau salam metal ini merupakan identitasnya yang unik, mengusung nilai-nilai kebebasan dalam berekspresi layaknya nilai-nilai demokrasi sebagaimana disampaikan Ganjar dan Mahfud MD usai pidatonya.
Salam 3 jari, -dilansir dari beberpa sumber- ditilik dari sejarahnya pernah populer saat peristiwa pemimpin de facto Myanmar dan aktivis demokrasi Aung San Suu Kyi ditahan atas tuduhan kecurangan yang dilakukan pada pemilu November 2020 lalu.
Militer Myanmar mengatakan bahwa tentara mengambil alih kekuasaan selama satu tahun ke depan. Militer menunjuk pelaksana presiden dan menekankan akan melakukan pemilu ulang tahun depan. Namun, penolakan muncul dari rakyat Myanmar. Di media sosial, sejumlah tagar dan simbol bahkan mengarah ke protes pada aksi yang dilakukan militer. Dalam aksi perlawanan, simbol pergerakannya yakni salam tiga jari.
Menukil Gizmodo, bagi siapa pun yang pernah menonton fiksi popular film "The Hunger Games" acungan itu menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap Presiden Snow serta The Capitol, yang menjadi penguasa. Masyarakat digambarkan tertindas dan mereka melawan kelas penguasa yang otoriter.
Dipetik dari fiksi ilmiah distopia, penghormatan Hunger Games itu telah menyebar ke seluruh Asia Tenggara dalam dekade terakhir sebagai simbol protes pro-demokrasi. Hal ini juga dilakukan para aktivis demokrasi di Thailand, tetangga Burma.
Dari Thailand, penghormatan menyebar ke Hong Kong, di mana Revolusi Payung sedang berlangsung pada saat film ini juga dirilis. Saat itu pendemo menolak dominasi yang makin kuat dari Beijing di kota itu.
(Penulis : Aktivis 98, Penggiat Salam 3 Jari, Eko Okta Ariyanto)