Resesi ekonomi, menjadi ancaman nyata didepan mata. Banyak negara mengalami resesi karena dampak pandemi covid-19. Hal tersebut berkaca pada indikator-indikator yang bisa menyebabkan terjadinya resesi di 2020.
Dampak pandemi Covid-19 membuat perekonomian sejumlah negara terguncang dan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, diantaranya bahkan sudah resesi. Beberapa negara kini sedang mengalami penurunan signifikan kegiatan ekonomi yang sudah berlangsung bulanan bahkan tahunan.
Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis atau irama teratur ekspansi dan kontraksi yang terjadi dalam ekonomi suatu negara. Seperti diketahui, ekonomi Singapura telah masuk ke jurang resesi imbas pandemi covid-19, setelah perekonomiannya minus 41,2% di kuartal II-2020 berturut-turut.
Kemudian, Korea Selatan juga alami kontraksi hingga minus 3,3 persen di kuartal kedua. Hal itu merupakan kontraksi tertajam sejak kuartal I 1998 dan jauh lebih dalam dari prediksi di jajak pendapat sekitar 2,3 persen
Tak hanya berdampak bagi perekonomian negara, masalah resesi ekonomi tentunya sangat berdampak bagi masyarakat. Adapun dampak yang akan dirasakan masyarakat jika terjadi resesi yakni:
1.Banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Dampak yang paling terasa jika terjadi resesi ekonomi yakni banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dimana-mana. Hal ini dapat terjadi karena perlambatan ekonomi yang membuat beberapa perusahaan tutup dan tak lagi beroperasi, serta mengakibatkan turunnya penjualan juga income perusahaan.
2. Instrumen Investasi Terancam
Aktifitas di pasar keuangan yang dilakukan masyarakat juga bisa ikut terdampak resesi ekonomi. Instrument investasi akan terkena imbas resesi ekonomi karena menurunnya nilai portofolio atau asset perusahaan seperti saham akibat resesi yang terjadi.
Jika terjadi resesi ekonomi, masyarakat harus memanfaatkan penghasilan yang didapat dengan tidak membelanjakan dananya untuk sesuatu yang tidak terlalu dibutuhkan.
Adapun tips yang bisa dilakukan masyarakat untuk meminimalisir dampak dari resesi ekonomi yakni dengan mengamankan aset keuangannya ke instrumen yang memiliki risiko rendah. Seperti mengalihkan investasi dari sektor keuangan ke emas batangan.
3. Daya Beli Masyarakat Menurun
Dampak lainnya juga mungkin akan dirasakan oleh para pelaku industri khsusnya UMKM. Sebab jika terjadi resesi, daya beli masyarakat akan menurun dan masyarakat lebih memilih untuk menahan keuangan mereka.
Meski deflasi menguntungkan bagi masyarakat, namun itu dapat merusak perekonomian dan dapat menimulkan banyaknya jumlag pengangguran. Saat ini, sudah banyak para pelaku UMKM yang merasakan dampaknya yakni turunnya daya beli masyarakat terhadap produk mereka yang diakibatkan pandemi Covid-19.
Dilansir Forbes, Selasa (14/7/2020), meski demikian banyak hal yang perlu diperhatikan karena masyarakat bisa berpotensi kehilangan uang dan pekerjaan. Berikut adalah cara agar masyarakat tetap bertahan di kala resesi dengan menerapakan tips keuangan sebagai berikut, yakni:
1. Memiliki Dana Darurat : Keberadaan dana darurat sangat penting karena berapapun jumlah uang yang Anda miliki tentunya tidak berharap akan kehilangan pekerjaan atau mengalami kondisi darurat lainnya, namun Anda harus tetap mempersiapkannya dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan.
Idealnya, dana darurat harus bisa mencukupi kebutuhan selama 3 sampai 6 bulan. Jika jumlah itu terlalu besar dan membebani, mulailah dari yang kecil. Setorkan sejumlah uang sesuai kemampuan secara rutin, lalu analisis anggaran pada keuangan Anda untuk memangkas pengeluaran yang tidak perlu.
2. Cek Kembali Investasi Anda : Setiap investasi mengandung risiko tersendiri. Ketika memutuskan untuk berinvestasi, Anda tentu memilih instrumen yang paling sesuai dengan kondisi keuangan, baik itu dari segi keuntungan maupun risiko.
Dalam persiapan menghadapi resesi keuangan, tinjau kembali seluruh investasi yang Anda lakukan. Bagaimana kondisi investasi Anda ketika resesi terjadi. Jika tidak ingin investasi rugi dan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali stabil, maka Anda harus mulai memikirkan cara investasi yang lain.
3. Kesampingkan Kebutuhan Jangka Pendek yang Tidak Perlu : Katakanlah Anda memiliki anggaran untuk berbagai kebutuhan yang sifatnya jangka pendek, seperti mengganti mobil dengan yang baru atau membeli rumah baru (yang sebenarnya tidak perlu). Sebaiknya, kesampingkan dulu semua kebutuhan yang sifatnya tidak mendesak, lalu pindahkan dana yang sudah disiapkan ke dalam rekening dan buang anggapan bahwa Anda sedang melakukan investasi dengan membeli properti – semua bisa terjadi di masa resesi.
4. Lunasi Utang Secepat Mungkin : Utang adalah masalah, tetapi itu adalah masalah yang bahkan lebih besar selama resesi, ketika Anda mungkin menghadapi kemungkinan kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan nilai investasi Anda yang serius.
Baik kartu kredit, pinjaman pelajar, utang medis, atau jenis pembiayaan lainnya, semakin banyak yang dapat Anda hilangkan, semakin sedikit pembayaran yang akan Anda miliki. Itu akan membuat kehilangan pekerjaan lebih mudah untuk dihadapi, terutama jika Anda menganggur selama beberapa bulan. (Sumber : idxchannel)