Ratusan Kader Banteng Hadiri Peringatan Haul Bung Karno, Dadang Ajak Abadikan Api Juang Sang Putra Fajar

162
Ratusan kader kota hujan hadiri doa bersama Haul Bung Karno ke 54 di Kantor DPC PDI Perjuangan Kota Bogor.

Aartreya - DPC PDI Perjuangan Kota Bogor menggelar peringatan wafatnya Proklamator RI atau haul Bung Karno ke-54, pada Minggu petang (22/6/2024). Kegiatan ini dilakukan sebagai refleksi terhadap pikiran dan jiwa pengabdian Sang Proklamator RI, diawali dengan santunan anak yatim dan melakukan doa bersama.

Peringatan haul Bung Karno ini digelar di kantor DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Jalan Ahmad Yani II No 4, Tanah Sareal. Bung Karno wafat di Jakarta 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Kota Blitar. Peringatan Haul Bung Karno ini menghadirkan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bogor, Kyai Haji Ade Sarmili. 

Selain itu, juga dihadiri Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor Dadang Iskandar Danubrata serta jajaran pengurus DPC, PAC, hingga ranting PDI Perjuangan Kota Bogor. Juga, anggota Fraksi PDI Perjuangan, DPRD Kota Bogor.    

Peringatan Haul Bung Karno ke-54 PDI Perjuangan Kota Bogor ini dibuka dengan pemberian santunan anak yatim. Selanjutnya, Kyai Haji Ade Sarmili memberikan tausyiah untuk selalu bersukur kepada Allah SWT. Dengan bersyukur, lanjut Ustadz Ade Sarmili, Allah akan menambah nikmat-Nya kepada manusia. 

“Sesungguhnya jika bersyukur, pasti Allah SWT akan menambah nikmat kepada kita,” kata ulama yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bogor.

Sementara itu, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata dalam sambutannya mengajak kader banteng Kota Bogor untuk mewarisi api juang Sang Putra Fajar, Bung Karno. Ia juga menceritakan biofrafi singkat perjuangan Bung Karno.    

“Presiden pertama Republik Indonesia, Ir H Soekarno, adalah seorang tokoh perjuangan yang berperan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Menjabat pada periode 1945 hingga 1967, Soekarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,” tutur politisi yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Bogor.

Tak hanya dikenal di Indonesia, sambung Dadang, Bung Karno juga popular di manca negara. Ia berujar, pada 2008, pemerintah Kuba pernah menerbitkan seri prangko dengan gambar para tokoh penting bagi negara tersebut. Selain Fidel Castro dan Che Guevara, sosok gambar Soekarno juga turut dicetak.

“Tak hanya itu, beberapa nama jalan dan tempat yang ada di luar negeri pun juga memakai nama Soekarno. Hal itu tak lain merupakan suatu penghormatan bagi hubungan bilateral yang dirintis sang Presiden pertama Indonesia,” tukasnya.

Dadang juga merinci sejumlah tempat di luar negeri yang menggunakan nama Soekarno. Pada 2008, pemerintah Kuba menerbitkan seri prangko dengan gambar para tokoh penting bagi negara tersebut. Selain Fidel Castro san Che Guevara, sosok gambar Soekarno juga turut dicetak.

“Tak hanya itu, beberapa nama jalan dan tempat yang ada di luar negeri pun juga memakai nama Soekarno. Diantaranya, Masjid Biru Soekarno, Rusia. Sebelum populer disebut sebagai Saint Petersburg Mosque dan Blue Mosque, masjid di Rusia ini sempat disebut Masjid Soekarno,” ucapnya.

Selain itu, masih menurut Dadang, Bung Karno juga menemukan lokasi makam Imam Bukhari ketika memenuhi undangan Khrushchev. Ia pun menyempatkan diri berziarah ke makam tersebut dan akhirnya makam pewaris hadis terkemuka itu direnovasi.

“Nama Soekarno juga dijadikan sebuah monumen di ibukota Aljazair, Aljir. Posenya telunjuk yang terangkat ke udara, diabadikan sebagai patung monumen tersebut. Bung Karno dianggap memberikan sumbangan besar terhadap gerakan kemerdekaan Aljazair dari penjajahan Prancis. Jadi, sebagai pewaris ideologi Soekarno, sepatutnya kita, kader PDI Perjuangan berbangga hati. Karena, kita pelanjut perjuangan untuk mengawal Pancasila di negeri ini,” tuntasnya.

Hari Akhir Bung Karno

Cerita tentang hari-hari terakhir Bung Karno di masa hidupnya menjadi sejarah pahit bangsa Indonesia dan keluarga Proklamator. Pada 11 Maret 1966, Soekarno menerbitkan Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar.

Surat itu pada pokoknya memberikan perintah untuk Soeharto agar memulihkan ketertiban. Dilansir dari berbagai sumber, namun, Soeharto yang saat itu duduk sebagai Panglima Angkatan Darat bersiasat dan Supersemar dimanfaatkan untuk menggulingkan Soekarno.

Ujungnya, Bung Karno dilengserkan dari tampuk tertinggi kekuasaan karena pidato pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permisyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Soekarno resmi menanggalkan kursi RI-1 pada 1967 setelah menandatangani surat pernyataan penyerahan kekuasaan. Tak sampai di situ, pada 12 Maret 1967, MPRS menerbitkan Ketetapan MPRS Nomor 33/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno.

Setelah itu, kehidupan Soekarno berubah drastic. Dia diusir dari Istana Negara Jakarta. Bung Karno sempat menjadi "tahanan rumah" di Istana Bogor, lalu berpindah ke Wisma Yaso di Jakarta. Kondisi Soekarno terus memburuk.

Presiden pertama RI itu memang menderita penyakit batu ginjal, peradangan otak, jantung, dan tekanan darah tinggi sejak lama. Kendati kesehatannya begitu buruk, Soekarno tak mendapat perawatan yang memadai. Setelah tiga tahun melewati hari-hari sepi, akhirnya, Bung Karno mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu, 21 Juni 1970. (Eko Okta)

 

SHARE

KOMENTAR