Aartreya – Pengamat sosial dan politik Dr Agus Surachman kritisi halte moda transportasi, Buskita Transpakuan. Menurutnya, jarak antar halte yang terbilang jauh membuat pengguna jasa transportasi massal di Kota Bogor ini lebih memilih menggunakan angkutan kota (angkot) dibanding bus.
"Jarak dari halte ke halte yang sangat jauh membuat penumpang merasa jengah menggunakan bus. Misalnya, jarak halte di Tajur, dan halte berikutnya di PDAM Tirta Pakuan,” kata Agus Surachman, pada Selasa (30/7/2024).
Dari halte ke haltenya jauh sekali sehingga penumpang tidak bisa turun di tujuan.
“Tak hanya itu, jika jarak yang terbilang jauh, penumpang yang akan menuju ke suatu tempat, akhirnya harus kembali menggunakan angkot. Karena, angkot bisa berhenti di tempat mana saja,” tuturnya.
Transportasi umum, menurut Agus, memiliki manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Dengan adanya layanan ini, masyarakat dapat dengan mudah bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus memiliki kendaraan pribadi. halte disarankan perlu diperbanyak dan disederhanakan agar optimal melayani penjmpang
“Hal ini membantu mengurangi kemacetan lalu lintas, emisi gas rumah kaca, dan tekanan terhadap infrastruktur jalan raya. Selain itu, transportasi umum juga memberikan aksesibilitas yang lebih baik bagi orang yang tidak dapat mengemudi atau tidak memiliki kendaraan pribadi. Hanya yang harus dipikirkan, layanan transportasi umum harus dibuat nyaman. Jika jarak halte berjauhan penumpang akan cenderung gunakann angkot yang dinilai lebih praktis dan bisa berhenti di sembarang tempat,” tuturnya. (Nesto)