Aartreya – Buntut perbaikan Jembatan Otista, di sejumlah ruas di seputar Kebun Raya Bogor, hingga Tajur, Kota Bogor, berdampak kemacetan parah. Jika dihitung dimulai penutupan perbaikan jembatan dimulai 1 Mei sampai dengan Desember 2023, artinya kemacetan akan jadi keseharian warga Kota Bogor pengguna jalan selama 7 bulan.
“Ampun Bima! Ini adalah kebijakan Walikota Bima Arya yang sangat luar biasa. Bayangkan selama tujuh bulan, kemacetan akan terus terjadi. Celakanya, bagi pengendara roda dua yang berpotensi kehujanan karena harus menempuh jarak melambung, juga para sopir angkot yang akan mengeluhkan bensin,” kata pemerhati sosial, Gunawan Suryana kepada media online ini, Jumat (5/5/2023).
Untuk membangun Jembatan Otista, sambungnya, Pemkot Bogor mendapat bantuan dari Pemprov Jawa Barat, dengan angka sekitar Rp 49 miliar. Dimana proses lelang sudah berlangsung dan dimenangkan oleh PT Mina Fajar Abadi.
“Pertanyaannya, apakah dampak macet parah ini tak diperhitungkan oleh Bima Arya dan anak buahnya sebelum dilakukan kebijakan rekayasa lalu lintas? Ini jelas ada yang salah. Setiap hari kalau mau jujur ditanyakan para pengendara jalan, mereka menggerutu, mengumpat, kesal, jengkel dengan kebijakan rekayasa lalin yang mestinya ditinjau ulang. Ironisnya lagi, wakil rakyat yang digaji pajak rakyat malah diam,” tuturnya.
Menurutnya, rekayasa lalin harus dievaluasi agar tak menimbulkan kemacetan parah.
“Caranya, berlakukan lalin dua arah di Jalan Djuanda hingga Jalak Harupat, seputar KRB. Selain itu, mestinya Bima Arya juga membuat jembatan bailey, minimal bisa dilintasi kendaraan roda dua agar tak terjadi gumpalan kemacetan. Harusnya Bima mencontoh perbaikan jembatan di Cikretek, dengan memberlakukan jembatan bailey (jembatan sementara. red) jadi bisa mengurai kemacetan,” kritik aktivis Komunitas Kritis Indonesia (KKI).
Jika kemacetan terus terjadi selama tujuh bulan, sebutnya, ini jelas kebijakan perbaikan jembatan Otista malah merugikan warga Kota Bogor.
“Mengantispasi macet dan keluhan warga, saya berharap Bima Arya tak berdiam diri. Begitu juga wakil rakyat, ulah cicing wae. Karena, anggota dewan itu digaji pakai duit rakyat untuk bicara dan lakukan pengawasan. Apa merasa enggak enak dan takut sama Bima? Segera dong lakukan evaluasi rekayasa lalin atau buat jembatan bailey untuk mengurai kemacetan, setidaknya bisa dilalui motor,” tuntasnya.
Sebagai informasi, Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista), Kota Bogor, ditutup sejak Senin (1/5/2023) malam imbas dari pembongkaran dan pembangunan Jembatan Otista. Pengerjaan dari Jembatan Otista ini memiliki tujuh tahap yang akan berlangsung mulai 1 Mei 2023 hingga 8 Desember 2023.
Mengutip yang pernah disampaikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Rena Da Frina, waktu yang diperlukan dalam setiap tahapan berbeda-beda. Tahapan diawali persiapan yang membutuhkan waktu sekitar dua pekan. Mulai dari memasang seng, persiapan area kerja, dan sebagainya.
Dalam pembongkaran dan pembangunan Jembatan Otista, area kerja yang dibutuhkan sepanjang 150 meter sebelum Jembatan Otista atau di area Kecamatan Bogor Timur. Serta 50 meter sesudah Jembatan Otista atau di area Kecamatan Bogor Tengah.
Dengan luas area kerja tersebut, sejumlah alat berat akan bekerja di sana. Mulai dari crane panjang yang membutuhkan area kerja sekitar 9 meter, hingga pemindahan beton jembatan seberat sekitar ratusan ton.
Setelah melakukan persiapan, pekerjaan selanjutnya ialah melakukan galian drainase di bawah jembatan. Pekerjaan ini membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Kemudian, penggalian tanah yang membutuhkan waktu satu bulan. Dilanjutkan dengan perkerasan selama satu bulan.
Setelah itu, pengerjaan aspal yang diperkirakan membutuhkan waktu tiga pekan. Baru kemudian masuk ke bagian struktur jembatan selama sekitar dua bulan. Terakhir finishing atau pekerjaan pengembalian kondisi jembatan, aspal ratakan, trotoar, dua minggu.
(Eko Octa)